Blogger Widgets

Senin, 02 Maret 2015

makalah tentang sejarah tarekat dan perkembangannya

SEJARAH  TAREKAT DAN PERKEMBANGANNYA
Di ajukan dan Dipresentasikan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
 Mata Kuliah
Akhlak Tasawuf
Semester II (Dua)
Dosen Pengampu :
Iaid2






Disusun oleh:
Arip Rahman Hakim
Iyan Dian
Santi Nurul Hikmah


INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
CIAMIS - JAWA BARAT
2013 M/ 1434 H

 KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena atas rahmat dan petunjuknya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan lancar. Makalalah ini kami tulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf dengan judul “Sejarah Tarekat dan Perkembangannya”.
Namun demikian, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah berikutnya.
Akhirnya kami mengucapkan terimahkasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf.  Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin.

Ciamis, 4  April 2014

Penulis











DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................      i
DAFTAR.......................................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................      1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................      2
1.3. Tujuan..........................................................................................      2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Tarekat.......................................................................      3
2.2. Hubungan Tarekat dengan Tasawuf............................................      3
2.3. Sejarah Timbulnya Tasawuf........................................................      4
2.4. Pengaruh Tarekat di Dunia Islam................................................      7
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..................................................................................      8
3.2. Saran............................................................................................      8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................      9

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Cikal bakal tasawuf dan tarekat, benih-benih dan dasar ajarannya tak dapat dipungkiri sudah ada sejak dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. Hal ini dapat dilihat dalam perilaku dan peristiwa yang terjadi dalam hidup, dalam  ibadah dan dalam pribadi Nabi Muhammad SAW. Cikal bakal itu semuanya berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Kemudian dilanjutkan  pengamalannya oleh Ahlul Bait, Khulafaur-Rasyidin, para sahabat yang lain, para Ahlus Shufah , para Salafus Shaleh, zaman tabi’in, tabi’it tabi’in sampai dengan zaman muta-akhirin sekarang ini.
Para Sufi dan Syekh-syekh Mursyid dalam tarekat, merumuskan bagaimana sistematika, jalan, cara, dan tingkat –tingkat jalan yang harus dilalui oleh para calon sufi atau muri tarekat secara rohani untuk cepat bertaqarrub, mendekatkan diri kehadirat Allah SWT. Kenyataan dalam sejarah juga menunjukkan, bahwa peran serta aktif dari para sufi dan para tuan syekh, mursyid, adalah amat besar dalam dakwah islam dan dalam pembinaan umat, tidak hanya dalam bidang ibadah ubudiyah, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan perorangan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendapat yang menyatakan bahwa tasawuf dan tarekat itu menghambat kemajuan atau menyebabkan umat menjadi terbelakang adalah sangat keliru. Kenyataan juga membuktikan, sejak dahulu sampai sekarang, kemajuan pembangunan yang serba canggih buah dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), tanpa dikendalikan oleh iman dan taqwa(IMTAQ), tidak hanya mengancam timbulnya kehancuran umat manusia. Dengan kata lain, kemajuan dalam bidang benda material tanpa diimbangi degan kemajuan pembinaan mental spiritual , akan menjurus kepada kehancuran menyeluruh.
Kemudian  diketahui dari sejarah, masuknya tasawuf dan tarekat ke Indonesia bersamaan dengan masuknya islam. Aliran lembaga tarekat yang masuk ke Indonesia bersamaan dengan memuncaknya gerakan tasawuf internasional, seperti Tarekat Khalwatiyah,Syattariyah, Syadziliyah, demikia juga tarekat-tarekat yang lain, yaitu Tarekat Qadiriyah, Rifa’iyah,Idrisiyah, dan yang paling besar dan menyeluruh tersebar di seluruh kepulauan Nusantara adalah tarekat Naqsabandiyah.

1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan  masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Apa pengertian Tarekat?
b.      Bagaimana hubungan tarekat dengan tasawuf?
c.       Bagaimana sejarah munculnya tarekat?
d.      Bagaimana pengaruh tarekat di dunia islam?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui  pengertian tarekat.
2.      Mengetahui hubungan tarekat dengan tasawuf.
3.      Mengetahui sejarah munculnya tarekat.
4.      Mengetahui pengaruh tarekat di dunia islam.













BAB  II
PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian Tarekat
Asal  kata “tarekat” dalam bahasa arab yaitu “thariqah” yang berarti jalan, keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah jalan yang ditempuh oleh para sufi. Menurut istilah tasawuf, tarekat berarti   mensucikan diri atau  perjalanan yang harus ditempuh secara rohani, maknawi oleh seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Allah SWT.
Menurut Harun Nasution tarekat berasal dari kata thariqah, yang berarti jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi agar ia berada sedekat mungkindengan Allah SWT. Tharqah kemudian Mengandung arti organisasi (tarekat).  Tiap tarekat mempunyai syaikh, upacara ritual, dan bentuk dzikir sendiri (Anwar, 2006:165).

2.1. Hubungan Tarekat dengan Tasawuf
Didalam ilmu tasawuf, istilah tarekat  tidak saja ditujukan kepada aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syekh tarekat dan bukan pula terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syekh tarekat, tetapi meliputi segala aspek ajaran yang ada didalam agama Islam, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya, yang semua itu merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah.
Sebagaimana telah diketahui bahwa tasawuf itu secara umum adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah. Usaha mendekatkan diri ini biasanya dilakukan dibawah bimbimngan seoang guru atau syekh. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa tarekat adalah tasawuf yang terlah berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang diberikan seorang guru kepada muridnya (Anwar, 2006:166).

2.3. Sejarah Timbulnya Tarekat
Peralihan tasawuf yang bersifat personal pada tarekat yang bersifat lembaga tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan tasawuf itu sendiri. Semakin luas pengaruh tasawuf, semakin banyak pula orang berhasrat mempelajarinya. Seorang guru tasawuf biasanya memformulasikan suatu sistem pengajaran tasawuf berdasarkan pengalamannya sendiri. Sistem pengajaran itulah yang kemidian menjadi ciri khas bagi suatu tarekat yang membedakannya dari tarekat yang lain. Tarekat adalah organisai dari pengikut sufi-sufi besar. Mereka mendirikan organisasi-organisasi untuk melestarikan ajaran-ajaran tasawuf gurunya. Maka timbullah tarekat. Tarekat ini memakai suatu tempat pusat kegiatan disebbut ribat yang (disebut juga zawiyah, hangkah atau pekir) (Anwar, 2006:167).
Teori lain sejarah kemunculan tarekat dikemukakan oleh Jhon O. Voll. Ia mejelaskan bahwa penjelasan mistis terhadap Islam muncul sejak awal sejarah islam, dan para sufi yang mengembangkan jalan-jalan spiritual personal mereka dengan melibatkan praktik-praktik ibadah, pembacaan kitab suci, dan kepustkaan tentang keshalehan. Para sufi ini kadang-kadang terlibat konflik dengan otoritas-otoritas dalam komunitas islam dan memberikan alternatif terhadap orientasi yang lebih bersifat legalistik, yang disampaikan oleh kebanyakan ulama. Namun, para sufi secara bertahap menjadi figur-figur penting dalam kehidupan keagamaan dikalangan penduduk awam dan mulai mengumpulkan kelompok-kelompok pengikut diidentifikasi dan diikat bersama oleh jalan taswuf khusus (tarekat) sang guru. Mejelang abad ke-12 M (ke-5 H), jalan-jalan ini mulai menyediakan basis bagi kepengikutan yang lebih permanen, dan tarekat-tarekat sufi pun muncul sebagai organisasi sosial utama dalam komunitas islam.
Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu Khurasan (Iran) dan Mesopotamia (Irak). Pada priode ini mulai timbul beberapa, diantaranya tarekat Yasafiah yang didirikan oleh Ahmad al-Yasafi (w. 562 H/1169 M), tarekat Khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd al-Khaliq al-Ghzudawani (w. 617 H/1220 M), tarekat Naksabandiyah, yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin an-Naksabandi al-Awisi al-Bukhari (w. 1389 M) di Turkistan, tarekat Khalwatiyah yang didirikan oleh Umar al-Khalwati (w. 1397 M).
 Karena banyaknya cabang-cabang tarekat yang timbul dari tiap-tiap tarekat induk, sangat sulit untuk menelusuri sejarah perkembangan tarekat itu se cara sistematis dan konsepsional. Akan tetapi yang jelas sesuai dengan penjelasan Harun Nasution, cabang-cabang itu muncul sebagai akibat tersebarnya alumni suatu tarekat yang mendapat ijazah tarekat dari gurunya untuk membuka perguruan baru sebagai perluasan dari ilmu yang diperolehnya. Alumni tadi meninggalkan ribat gurunya dan membuka ribat baru didaerah lain. Dengan cara ini, dari satu ribat induk kemudian timbul ribat cabang tumbuh ribat ranting dan seterusnya, sampai tarekat itu berkembang keberbagai dunia islam. Namun, ribat-ribat tersebut tetap mempunyai ikatan kerohanian, ketaatan, dan amalan-amalan yang sama dengan syekhnya yang pertama.Dalam seluruh tarekat terdapat kegiatan ritual sentral yang melibatkan pertemuan-pertemuan kelompok secara teratur untuk melakukan pembacaan do’a, syair dan ayat-ayat pilihan dari Al-Qur’an.
Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah yaitu Khurasan (Iran) dan Mesopotamia (Irak). Pada periode ini mulai muncul beberapa, diantaranya:
1. Tarekat Yasafiyah dan Khawajagawiyah
Tarekat Yasafiyah didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi [w. 562H/1169M] dan disusul tarekat Khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani [w. 617 H/1220 M]. kedua tarekat ini menganut paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami [w. 425 H/1034 M] dan dilanjutkan oleh Abu Al-Farmadhi [w. 477 H/1084 M]. Tarekat Yasafiyah berkembang ke berbagai daerah, antara lain ke Turki.
2.      Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat Naqsabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari [w. 1389M] di Turkistan. Tarekat ini mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India. Cirri menonjol Tarekat Naksabandiyah adalah : Pertama, mengikuti syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua, upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekati Negara pada agama.
3.      Tarekat Khalwatiyah
Tarekat ini didirikan oleh Umar Al-Khalatawi [w. 1397 M] dan merupakan salah satu tarekat yang berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Syiria, Mesir, Hijaz, dan Yaman. Di Mesir, tarekat Khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim Gulsheini [w. 940 H/1534 M] yang kemudian terbagi kepada beberapa cabang, antara lain tarekat Sammaniyah yang didirikan oleh Muhammad bin Abd Al-Karim As-Samani [1718-1775].
4.      Tarekat safawiyah yang didirikan oleh safiyudin Al-Ardabili (wafat 1430)
5.      Tarekat Qadiriyah
Qadiriyah didirikan oleh Abd Al-Qadir Jailani [470/1077-561/1166] atau quthb al-awiya. Ciri khas dari Tarekat Qadiriyah ini adalah sifatnya yang luwes, tidak sempit sehingga tuan syekh atau Syekh Mursyid yang baru dapat menentukan langkahnya menuju kehadirat Allah SWT guna mendapat keridlaan-Nya. Keluwesan dan kemandirian inilah, yang menyebabkan tarekat ini cepat berkembang di sebagian besar dunia Islam. Terutama di Turki, Yaman, Mesir, India, Suria, Afrika dan termasuk ke Indonesia.
6.       Syadziliyah
Tarekat Syadziliyah didirikan oleh Abu Al-Hasan Asy-Syadzili [593/1196-656/1258]. Syadziliyah menyebar luas di sebagian besar Dunia Muslim. Ia diwakili di Afrika Utara teerutama oleh cabang-cabang Fasiyah dan Darqawiyah serta berkembang pesat di Mesir, tempat 14 cabangnya dikenal secara resmi pada tahun 1985.
7.     Tarekat Rifa’iyah
Tarekat ini didirikan oleh Ahmad bin Ali ar-Rifa’I [1106-1182]. Tarekat sufi Sunni ini memainkan peranan penting dalam pelembagaan sufisme. Dari segala praktik kaum Rifa’iyah, dzikir mereka yang khas patut dicatat (Anwar, 2006:168-169).
2.4. Pengaruh Tarekat di Dunia Islam
            Dalam perkembanganya, tarekat- tarekat itu bukan hanya memusatkan perhatiannya pada tasawuf ajaran-ajaran gurunya, tetapi juga mengikuti kegiatan politik. Tarekat mulai  mempengaruhi dunia islam mulai abad ke-13. Kedudukan tarekat pada saat itu sama dengan Partai Politik. Bahkan banyak pula tentara yang menjadi anggota tarekat. Oleh karena itu, waktu tarekat dibubarkan oleh Sultan Mahmud II, tentara Turki yang disebut Jenissari menentangnya. Jadi tarekat tidak hanya mengatur urusan agama saja, tetapi juga bergerak dalam urusan dunia.
            Tarekat-tarekat keagaman meluaskan pengaruh dan organisasinya keseluruh pelosok negeri, menguasai masyarakat melalui suatu jenjang yang terancang dengan baik,dan memberikan otonomi kedaerahanseluas-luasnya. Setiap desa atau kelompok desa ada wali lokalnya yang didukung dan dimuliakan sepanjang hidupnya, bahkan dipuja dan diagung-agungkan setelah kematiannya.
            Tarekat pada umumya berorientasi akhirat, tidak mementingkan dunia. Tarekat menganjurkan banyak biribadahdan jangan mengikuti dunia, karena “Dunia adalah bangkai dan yang mengejar dunia adalah anjing”. Ajaran ini nampaknya menyelewengkan umat islam dari jalan yang harus ditempuhnya.
            Pada abad 19 mulailah timbul pemikiran sinis terhadap tarekat dan tasawuf. Banyak orang menentang dan meninggalkan tasawuf. Pada mulanya Muhammad Abduh adalah merupakan pengikut tarekat yang patuh, tetapi setelah bertemu Jamaluddin Al-Afgani berubah pendirian dengan meninggalkan tarekatnya. Begitu pula dengan Rasyid Ridha, setelah melihat tarekat membawa kemunduran pada dunia Islam, ia meninggalkan tarekat dan memusatkan perhatiannya untuk memajukan umat Islam.
            Akan tetepi, akhir-akhir ini perhatian pada tasawuf mulai timbul karena dipengaruhi oleh faham materilisme. Orang-orang barat melihat bahwa materialisme memerlukan sesuatu yang bersifat rohani, sehingga banyak orang yang kembali memperhatikan tasawuf (Anwar, 2006:170-172).




BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
            Dari penjelasan yang teleah kami paparkan dalam makalah ini dapat kami simpulkan bahwa tarekat adalah jalan yang ditempuh oleh para sufi agar ia berada sedekat mungkin dengan alloh SWT. Sebagaimana yang telah diketahui dalam tasawuf secara umum adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sedekat mungkin. Biasanya hal ini dilakukan melalui sebuah tarekat yang dibimbing seorang syaikh. Ditinjau dari segi historis tarekat mulai berkembang dimulai sejak Al-Ghazali menghalalkan tasawuf.  Tetapi dengan berkembangny zaman banyak pula pihak-pihak yang sinis dan menentang tasawuf, tapi kita tidak dapat memungkiri sumbangan tasawuf terhadap dunia, apalagi pada zaman materilisme sekarang ini, banyak orang memrlukan sesuatu yang bersifat rohani.

3.2. Saran
Setelah kita mempelajari dan mengetahui sejarah tarekat dan perkembangannya, diharapkan kita dapat mengaplikasikan ilmunya yang positif dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ilmu kita bermanfaat.
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi. Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan para pembaca. Amin..
















DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon, Mukhtar Sholihin. 2006. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pusaka Setia.

1 komentar: